yusriahismail.com

Cerita Anak Kedua : Pengalaman Hamil dan Melahirkan Sungsang di Tengah Pandemi

Wanita jangan hamil dulu saat pandemi
Dhuarr.. baca sese-akun yang melarang hamil saat pandemi itu ternyata bikin panik. Kemudian, disusul pemberitaan tingginya kasus kematian ibu hamil yang terkena covid. Jujur saja, saya sempat takut dan stress. Nafsu makan pun ikut turun dan jadi paranoid jika keluar rumah. 


Kehamilan Kedua : Datang Tak Disangka-sangka


Saat anak pertama berusia 1 tahun, kami sempat berandai-andai bagaimana jika Allah memberi amanah yang kedua. Ada harap, cemas, takut, seneng dan lainnya. Juga sering kali bertanya pada diri sendiri, bagaimana kesiapan diri dan anak pertama? 

Qiyaanah, anak pertama kami, jelas masih butuh dimomong tapi kami juga tak mau menunda. Ya, saya sendiri sudah kepala 3, kalau ditunda, nantinya bakal lebih kewalahan.

"Nanti Allah yang akan memampukan", sahut suami ketika saya menanyakan kesiapan jika anggota keluarga bertambah. Kelihatan santai ya atau sudah begitu tabiat lelaki? Haha. Atau ingin menenangkan perasaan istri?
Tapi, bukankah Allah tidak akan memberi ujian kepada hamba-Nya diluar kapasitasnya? Jadi, ketika Allah sudah mengamanahkan, maka Allah juga yang memberi kemampuan
Dan, saat itu Allah belum mengamanahkan. Baiklah, pikir kami. Usia anak pertama juga masih kecil banget. Apalagi semakin bertambah usia, semakin berkembang pula kecerdasan, gerak dan lainnya. Pokoknya, semakin hari, tingkah lakunya sudah membuat saya sendiri kewalahan. Hahaha. Gini katanya mau nambah anak?

Tanda-tanda Hamil Kedua Muncul

Saya pun semakin slow. Tidak deg-degan lagi setiap bulan. Tidak nunggu apakah telat datang bulan atau tidak. Pun, rencana kami untuk travelling kesana kemari dimulai lagi. Ah, tapi Allah memang sebaik-baik perencana. Kehamilan kedua yang berbeda dengan pertama membuat saya tidak ngeuh dengan beberapa tanda kehamilan.

Tanda Pertama
Menjelang bulan Maret, kampung suami kebanjiran duren. Maka, berangkatlah kami kesana dengan berkendara motor. Biasanya memang kami naik motor karena 'terasa dekat'. Enam puluh kilometer saja. Tapi, perjalanan ini kok beda ya? Sepanjang perjalanan, saya sakit perut. Pun sesak terasa. Bagian pinggang dan sekitarnya juga pegal luar biasa.

Qiyaanah memang masih saya gendong dengan gendongan ssc (soft structure carrier). Tapi, dibanding kemarin-kemarin, kepergian kali ini begitu melelahkan. Di kampung suami, saya pun banyak makan durian. Alhamdulillah saat itu, durian yang dipanen bagus-bagus.

Tanda Kedua
Di bulan yang sama, kami berangkat ke Makassar karena sepupu suami menikah dan adik ipar akan lamaran. Sibuk membuat saya melupakan satu hal, terlambat menstruasi. Alhamdulillah, siklus saya yang teratur bisa jadi patokan janin jadi atau tidak. Hehe.

Di Makassar, tanda kedua semakin terasa. Nafsu makan saya memuncak dan perasaan sensitif muncul. Pulang dari Makassar, saya langsung testpack.

Tanda Ketiga
Salah satu hal yang membuat saya semakin yakin hamil adalah merasakan adanya gerakan di perut. Sebenarnya, gerakan ini sudah saya rasakan semenjak pulang kampung, namun masih diabaikan. Ternyata, untuk orang kurus seperti saya, gerakan janin bisa terasa meski usia kehamilan masih kecil.

Testpack Kadaluwarsa

"Yang," kataku pada suami sembari menyodorkan testpack yang memperlihatkan garis dua warna merah muda. Garisnya masih samar-samar namun bikin deg-degan.

"Akurat gak nih?" tanyaku. Pasalnya testpack yang digunakan kadaluarsa. Wkwkwk. Testpack dua tahun lalu bekas punya anak pertama.

"Lihat aja dulu, tunggu seminggu. Tapi, kayaknya hamil, udah ada tanda-tanda," kata beliau yakin.

Muncul Rasa Bersalah


Gak lama setelah testpack, tanda-tanda itu menguat. Saya sensitif dengan bau sabun mandi dan bau-bauan yang kuat. Rasanya mual. Selain itu, muncul perasaan bersalah.

Anak pertama belum lulus toilet training. Pun asinya belum tuntas. Gimana nanti kalau adiknya lahir tapi belum pintar bilang buang air kecil atau besar? Sudah lama kami ajarkan tapi di pertengahan jalan selalu menyerah. Usianya saat itu 18 bulan.

Mengasihi yang belum tuntas juga membuat diri merasa gagal. Pun dengan nutrisi buat janin yang khawatir tidak cukup. Apalagi saat musim durian, kok ya rakus banget makan buahnya? Duuhh.

Perkembangan Janin yang Luar Biasa

Ditengah semua perasaan bimbang, ragu, harap, cemas dan lainnya, jangan pernah meragukan Kebesaran Allah
Perasaan bersalah itu tak cukup sampai disitu. Saat diperiksa di bidan, lingkar lengan saya kurang sedikit. Ini artinya saya kekurangan energi kronis. Nafsu makan saya memang menurun. Apalagi masih mual dan pilih-pilih makanan.

Namun, Allah menunjukkan kuasa-Nya. Ditengah semua perasaan yang aduhai itu, janin kami berkembang dengan baik. Berat sesuai ukuran janin normal meski ukuran perut saya terlihat kecil.

Alhamdulillah tsumma alhamdulillah.

Batuk Saat Hamil, Mitos atau Fakta?


Kondisi kehamilan tiap orang memang berbeda. Antara anak pertama dan kedua saja berbeda. Hampir disepanjang kehamilan kedua saya batuk-batuk. Sempat baca, bahwa batuk saat hamil adalah mitos. Qadarullah, saya mengalami sendiri. Menuju usia janin 9 minggu, batuk pertama itu muncul.

Batuk saat hamil dan tidak hamil tentu berbeda. Bukan hanya sakit perut, tapi seringkali saya buang air kecil di celana. Saya pun harus memakai pembalut, sebab jika masuk kamar mandi, ada dorongan untuk muntah.

Anehnya, kondisi batuk terjadi hanya di malam hari. Sepertinya, keadaan tenang memunculkan semua reaksi ketidaknyamanan dari segala hal yang dikonsumsi. Berbulan lamanya saya tidur tidak tenang. Apalagi ketika kehamilan semakin besar, batuk disertai muntah dan buang air kecil.

Semua saran obat-obatan yang aman untuk ibu hamil, saya konsumsi. Jeruk nipis+kecap, jeruk nipis+air hangat, madu, juga obat silex sampai 3 botol.

Posisi Janin Bikin Deg-degan


Tak cukup Allah menguji dengan batuk dan segala ketidaknyamanan saat hamil, Allah kemudian memberi ujian dengan posisi janin yang tidak berubah hingga usia kehamilan 36 minggu.

Mengetahui posisi janin memutar saat usia kandungan 28 minggu, sungguh membuat panik. Namun, cara Allah tersebut membuat saya tersadar dengan beberapa kondisi. Ada hal-hal yang saya abai ketika hamil kedua.

Hamil saat pandemi memang membuat kita jauh lebih protektif. Kondisi apapun bisa saja terjadi. Nah, ini ada sedikit sharing ketika hamil namun lingkungan kurang membuat nyaman.

1. Semua Adalah Kehendak Allah
Jangan intervensi keinginan Allah
Sungguh, nasihat ini membuat saya tersadar. Bahwa semua hal yang ada pada diri hanyalah milik-Nya. Kehendak-Nya lah yang membuat semua ini mungkin.

2. Olahraga Lagi
Sempat malas-malas olahraga karena merasa kandungan semakin berat, namun dengan kondisi posisi janin seperti membuat saya harus rajin lagi. Terutama mengikuti anjuran dokter untuk sujud lama atau posisi kayang. Saya juga ngepel rumah dengan posisi jongkok. Apalagi, rumah sering kebanjiran. Hehe.

3. Bersyukur
Meski kondisi kehamilan melelahkan, namun, kondisi janin sangat baik. Alhamdulillah tsumma alhamdulillah. Salah satu hal yang harus saya syukuri juga adalah anak pertama yang mulai menunjukkan tanda-tanda lulus toilet training. Sudah bisa lepas popok siang. Malam hari, meski pakai popok tapi tak basah.

4. Jaga Nutrisi
Tidak ada cara lain dalam menjaga kondisi kehamilan agar tetap sehat yaitu dengan mengonsumsi makanan dan minuman yang bergizi. Kadang, ngidam membuat kita ingin mengonsumsi makanan dan minuman yang tertentu saja, namun lupa bahwa janin bisa merasakan apa yang diasup oleh ibunya. Maka, pastikan untuk mengecap berbagai rasa agar referensi anak terhadap makanan dan minuman semakin banyak.

5. Batasi Informasi
Jika informasi yang didapatkan semakin membuat burn out, ada baiknya batasi informasi agar pikiran tenang. Jika perlu, tutup sementara akun media sosial agar kewarasan tetap terjaga.
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az-Zumar: 10)
***
Posisi janin yang sungsang apakah bisa balik ke posisi normal? Terus bagaimana dengan batuk yang kunjung tak berhenti? MasyaAllah, ceritanya lanjut part 2 ya, biar tidak kepanjangan. Hehe. Terimakasih sudah membaca sampai akhir.






Yusriah Ismail
A Lifestyle Blogger, Read Aloud Certified and Parenthing Enthusiast

Related Posts

15 komentar

  1. Ditunggu part selanjutnya.
    Saya pun Waktu hamil diinformasikan dokter kalau posisi Anka sungsang. Tadi nya mau operasi. Tapi dokter di RSUD Cianjur bilang bisa kok lahiran normal secara batinyyjuga kecil. Batal deh operasi dan Alhamdulillah saya melahirkan dengan biasa

    BalasHapus
  2. Alhamdulillah ...kehamilan kedua yang tak disangka-sangka ternyata penuh cerita ya, Mbak

    Kebayang repotnya, di sulung masih perlu dimomong hamil lagi eh pas pandemi pula. Tapi semua kehendak Allah jadi tinggal dinikmati. jadi penasaran sama part 2 saya, semoga lancar lahirannya

    BalasHapus
  3. Ikutan deg-deg an saat makan durian banyak Mbak. Sehat-sehat Mbak dan si adik bayi yaa. Setuju banget bahwa apapun yang terjadi semua adalah kehendak Allah, jadi sebagai hamba menerima dan berlapang dada dan selalu ikhtiar.

    BalasHapus
  4. Perjuangan banget ya...masya Allah

    BalasHapus
  5. Poin pertama "semua adalah kehendak Allah" benar-benar hal utama yang harus kita patri dalam pikiran dan hati kita ya Mbak, agar kita bisa legowo menerima semua ketentuan dan takdirnya, seperti melahirkan sungsang. By the way, saya juga terlahir sungsang, Mbak, 8 bulan aja betah di rahim Mama, hihihi.

    BalasHapus
  6. Alhamdulillah dikaruniai amanah anak kedua ya Mbak.. Sama seperti saya, yang berat ketika hamil itu fase-fase trimester pertama, rasa mual, perut yang beradaptasi, sering ke kamar mandi. hehehe Tapi biasanya semua akan terbayar setelah melihat sang buah hati :)

    BalasHapus
  7. Hehe iya mbak, aku saat kontrol kontrasepsi ke dokter kandungan juga diingatkan untuk nggak hamil saat pandemi, tapi kalau aku emang g ada rencana hamil sih
    Jadi santai santai saja dengan warning itu

    BalasHapus
  8. masyaallah, rasanya pasti campur aduk ya mbak, semoga lancar dan dimudahkan sampai proses kelahirannya, sehat ibu dan debaynya

    BalasHapus
  9. Barakallahu fiik kak...atas kehamilan kedua.
    Aku juga punya anaknya deketan dan alhamdulillah, semua perawatan, pengasuhan sampai ke peralatan bayi masih bisa digunakan yang isitlahnya lungsuran yaa..

    Jangan takut dan merasa bersalah ya, kak.. In syaa Allah ke depannya akan semakin dimudahkan dan dilancarkan dalam segala Hal.

    Aamiin~

    BalasHapus
  10. Bersyukur banget ya, Mbak. Semoga saya bisa segera menyusul. Hamil memang pengalaman yang luar biasa.

    BalasHapus
  11. Wah.. ikut deg-degan bacanya kak. ditunggu part kedua ya

    BalasHapus
  12. Mashaa Allah, betul2 dobel perjuangan ya mba hamil dan melahirkan di masa pandemi, saat itu semua2 serba ketakutan, perjuangan yang luar biasa, mdh2an si kecil dan ibu sehat2 selalu

    BalasHapus
  13. Masyaallah. Cemas dan deg2an itu pasti ya Mbak. Persiapannya mesti dari segala sisi ini. Secara mental, fisik, dan rohani juga. Ditunggu kelanjutan ceritanya Mbak.

    BalasHapus
  14. Masyaallah pengalaman berharga ya mba. Aku pun melahirkan anak pertama sungsang, alhamdulillah kuasa allah semuanya baik dan anakpun sehat walau harus menempuh cesar.

    BalasHapus
  15. Selamat ya, mba Yusri, dapat kesempatan dapat momongan lagi masyaAllahu, semoga lancar sampai hari H. Aamiin

    BalasHapus

Posting Komentar