yusriahismail.com

review novel please look after mom

Sejauh mana kamu mengenal ibumu?

Adalah pertanyaan yang tersisa setelah tandas membaca buku ini. Hmm..agak berat ya. Kadang kita mengira bahwa sudah mengenali ibu sebaik itu, tapi setelah membaca novel Please Look After Mom tersimpan tanda tanya besar : jangan-jangan senyum yang selama ini diperlihatkan adalah caranya membungkus keresahan.

Yeaay..alhamdulillah ketemu lagi salah satu buku fiksi yang bisa membuat hidup jadi bahan perenungan. Sebuah kisah yang lekat dengan keseharian. Membacanya pun seperti berkaca pada diri sendiri.

Tak sia-sia membelinya langsung dari gramedia di mall Panakkukang saat itu. Covernya yang simple tapi menarik memang membuat saya terpaku. Belum lagi nama pengarangnya yang saya tidak kenal-kenal amat tapi mencuri perhatian. Ya, ini novel Korea pertamaku.

Sekilas Tentang Novel Please Look After Mom

“Kau tidak pernah berhenti menyebutnya Ibu. Sampai sekarang, setelah Ibu hilang. Saat menyerukan kata ”Ibu”, kau ingin percaya bahwa dia sehat-sehat saja. Bahwa Ibu tetap tabah, tidak kebingungan. Bahwa Ibu adalah orang yang ingin kau panggil setiap kali kau sedang menghadapi masalah di kota ini.” – halaman 27

Tersebutlah Park So-Nyo, seorang ibu usia 59 tahun yang sudah melahirkan 4 anak. Keempatnya sudah besar, sebagian berkeluarga dan memiliki pekerjaan di kota.

Suatu hari, ia bersama suaminya berencana pergi ke Seoul untuk mengunjungi anak sulungnya. Kunjungan ini memang intens mereka lakukan. Entah untuk memperingati suatu perayaan atau hanya sekedar berkunjung melihat anak cucu.

Sayangnya, hari itu anak sulungnya tidak bisa menjemput. Park So-Nyo yang sempat terserang stroke pun tertatih berjalan di belakang suaminya ketika kereta berhenti di stasiun Seoul.

Malangnya, ketika suaminya membalik untuk mengecek, Park So-Nyo sudah tak kelihatan lagi. Berulang kali ia memastikan keberadaan istrinya, namun batang hidungnya tak pernah muncul.

Sudah seminggu ibu hilang.

Marah, sedih dan frustasi. Keempat anaknya telah mengusahakan segalanya untuk mencari Park So-Nyo. Mereka berusaha menelusuri jejak kemana saja ibu mereka pergi.

Penelusuran ini membuat kenangan masa lalu membanjiri ingatan mereka. Hyong-Chol sang anak sulung mengingat bagaimana perjuangan ibunya mengantarkan dokumen untuk tes masuk kuliah di suatu malam yang dingin. Ci Hoon anak ketiga sekaligus sebagai anak perempuan pertama, mengingat bagaimana ia dan ibunya begitu dekat.

Lalu suaminya mengingat perjuangan istrinya yang setia. Pasangan paling sabar dan mampu menyediakan segala kebutuhannya dengan baik. Ia pun menyesal pernah menorehkan luka pada istrinya. Ia sadar belum bisa menjadi suami yang baik.

Kebiasaan kadang-kadang menjadi sesuatu yang menakutkan.

Ya, hal-hal yang sudah biasa kita lihat kadang kita melihatnya tanpa penuh penghargaan. Misalnya, sudah sewajarnya seorang istri berkhidmat pada suami. Atau sebaliknya suami pontang-panting mencari nafkah untuk keluarga.

Padahal itu adalah hal menakjubkan yang tak semua orang mampu melakukannya. Ya, kebiasaan kadang membuat kita tidak mampu menghargai sesuatu.

Kebiasaan itu juga terkadang kita tidak mampu melihat sisi ibu yang lain. Ibu yang memendam perasaannya sendiri. Ibu yang juga memiliki harapan, cita-cita dan mimpi. Bahkan ibu yang rela melakukan segalanya demi sang buah hati.

“Aku tidak memikirkan betapa capeknya aku. Aku hanya merasa senang karena semua makanan itu untuk mengenyangkan anak-anakku.” (hal. 76)

Ya, kita memang baru merasakan kehadiran dan kepentingan seseorang jika ia sudah pergi.

Apa jadinya kita tanpa seorang ibu?

Belajar Dari Please Look After Mom


Jujur, novel Please Look After Mom memang menguras emosi. Ceritanya yang terkesan simple namun ternyata sangat lekat dengan kehidupan sehari-hari. Di novel ini kita belajar mencari makna.

Melalui sudut pandang 4 orang yaitu suami Park So-Nyo, anak sulung, anak ketiga dan Park So-Nyo sendiri, pembaca diajak berkelana ke dalam kehidupan mereka di masa lalu.

Meski alur ceritanya maju mundur, Kyung Sook Shin sang penulis dapat menggambarkan bagaimana sulitnya mereka di masa lalu, bagaimana kerasnya sang istri berjuang, kehilangannya sang suami dan  keputusasaan anak-anak Park So-Nyo.

Novel ini pertama kali diterbitkan di tahun 2008 dalam bahasa Korea dengan judul 엄마를 부탁해. Tahun 2011 versi bahasa Inggris dirilis dan terjual sebanyak 100.000 copy.

Tak heran novel Please Look After Mom laku keras sebab menyentuh realitas kehidupan. Terutama Korea dengan prinsip patriarkinya yang sangat kuat. Anak laki-laki lah yang diberi kuasa dan kemewahan. Sementara anak perempuan hanya sebagai pelengkap.

Melalui sudut pandang Park So-Nyo sendiri, ia memperlihatkan rasa bersalah terhadap anak bungsunya yang menjadi ibu rumah tangga seperti dirinya. Maka ketika Park So-Nyo berkunjung ke rumahnya, ia mengajarkan berbagai hal. Terutama bagaimana tetap melakukan sesuatu meski bagian itu tak disukainya.

“Kalau kau hanya melakukan apa-apa yang kausukai, lalu siapa yang akan mengerjakan apa-apa yang tidak kausukai?” ~ Park So-Nyo

Novel ini jelas bukan buat seorang ibu. Kyung Sook Shin pasti ingin pembacanya berasal dari segala kalangan. 

Untuk seorang suami agar tau bagaimana caranya berterimakasih pada istri. Untuk ayah agar mampu memperhatikan dan lebih menyayangi anak perempuannya. Untuk seorang anak agar mampu merenung bahwa terkadang ibu juga membutuhkan anak-anaknya.

Please Look After Mom memang mengajarkan banyak hal
  • Manfaatkan waktu sebaik mungkin dengan orang tersayang, terutama untuk orang tua. Sekedar sapaan atau telpon setiap pagi tidak mungkin menghabiskan waktu seharian. 
  • Berbuatlah semaksimal mungkin terhadap orang tua. Kita tidak pernah tau umur siapa yang lebih panjang. Maka pastikan untuk menyenangkan dan membahagiakan mereka.
  • Hargai hal-hal kecil dari orang terdekat. Seremeh apapun itu

Penutup


Buku ini memang tak menyenangkan. Banyak halamannya yang mengandung bawang. Siapkan tisu dan tempat duduk yang nyaman. 

Di akhir, novel Please Look After Mom ini menyisakan satu pertanyaan penting, bagaimana jika ibumu tiba-tiba menghilang begitu saja? Tanpa petunjuk apapun. Sejauh apa kamu mencarinya? Dan seberapa besar kamu akan mengorbankan diri untuk itu?
Yusriah Ismail
A Lifestyle Blogger, Read Aloud Certified and Parenthing Enthusiast

Related Posts

Posting Komentar