Dunia anak identik dengan bermain. Lewat bermain, mereka belajar berinteraksi, mengenal emosi, dan mengekspresikan diri. Namun, tidak semua anak mampu menyalurkan perasaan dengan kata-kata. Di sinilah terapi bermain berperan.
Kegiatan ini menjadi sarana anak untuk belajar sekaligus meningkatkan kemampuannya. Berbagai studi jurnal terapi bermain pada anak menunjukkan bahwa play therapy menjadi kegiatan yang mendukung untuk melepaskan anak dari permasalahan emosi, perilaku bahkan trauma.
Terapi ini menggunakan aktivitas bermain sebagai sarana penyembuhan. Anak bebas bereksplorasi dengan mainan, pasir, boneka, bahkan lego. Tanpa tekanan, mereka bisa menyalurkan rasa takut, cemas, atau marah secara alami.
Seperti keponakan saya yang terdiagnosa speech delay. Orang Tuanya kemudian mendatangi seorang terapis. Disana keponakan saya di terapi dengan bercakap-cakap sambil bermain lego. Ternyata bermain bukan hanya kegiatan menyenangkan, tetapi juga bisa menjadi “obat”. Lalu, anak seperti apa yang mendapat terapi bermain dan apa saja jurnal terapi bermain pada anak yang mendukung? Scroll terus ya.
Apa itu Terapi Bermain?
Menurut jurnal Analysis of Play Therapy in Play Activities in Early Childhood (2023), terapi bermain adalah kegiatan terapeutik untuk membantu anak mengatasi masalah kerja sama, sosialisasi, dan emosi, dengan pendekatan yang lebih menekankan komunikasi non-verbal.
Secara natural, anak-anak sebenarnya sudah bermain sebagai proses aktif untuk mengenal dan bereksplorasi dengan lingkungan dan manusia. Namun adanya gangguan atau proses tumbuh kembang yang tidak semestinya sehingga ada anak yang butuh terapi bermain.
Terapi bermain tentu saja berbeda dari bermain biasa. Ada teknik-teknik tertentu sebagai intervensi klinis. Tujuannya tentu menangani masalah pada anak. Bermain lebih mudah digunakan sebagai teknik penyembuhan sebab anak dapat menyalurkan perasaan secara alami. Ini mirip bagaimana mengenalkan matematika lewat bermain ya. Hehe.
Masalah Apa Yang Teratasi Dari Terapi Bermain?
Ketika pertama kali anak sulung sekolah taman kanak-kanak, saya menyaksikan beberapa peristiwa menarik. Ada anak-anak yang kesulitan mengekspresikan emosinya atau sebaliknya. Emosinya terlampau berlebihan sehingga kadang temannya mendapat perlakuan yang tak menyenangkan. Entah memukul, mendorong, membentak dan lain sebagainya.
Masalah yang muncul ini tentu saja penyebabnya beragam. Bisa jadi ada permasalahan keluarga, lingkungan yang kurang menyenangkan atau yang lainnya.
Nah, biar lebih ilmiah dan terpercaya, saya mau ajak bedah jurnal terapi bermain pada anak tipis-tipis.
Jurnal Terapi Bermain Pada Anak Yang Ilmiah
1. Analysis of Play Therapy in Play Activities in Early Childhood
Penelitian ini menganalisis penerapan terapi bermain yang terintegrasi dalam aktivitas bermain pada anak TK B di TK Lintang Surabaya. Penelitian kualitatif deskriptif dengan subjek dua guru TK Lintang Surabaya kelas B. Pemilihan kelas B karena banyak ditemui masalah interaksi sosial.
Data dikumpulkan melalui wawancara dan observasi, lalu dianalisis dengan model interaktif Miles dan Huberman. Indikator observasi meliputi partisipasi aktif, kemampuan mendengar dan menghargai pendapat teman, komunikasi yang sopan, serta kemampuan bekerja sama.
Terapi pun dilakukan dengan berbagai teknik yaitu bermain boneka/wayang, bercerita, bermain pasir, dan permainan kelompok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui terapi bermain, anak lebih mudah mengekspresikan perasaan dan menjadi lebih rileks serta bahagia.
2. Play Therapy As Effective Options for School-Age Children With Emotional and Behavioral Problems: A Case Series
Penelitian pada jurnal kedua jauh lebih spesifik sebab langsung memilih 5 anak dengan kasus berbeda. Objeknya berusia sekitar 5-9 tahun.
Anak pertama mengalami pseudoseizure atau tekanan akademik. Kemudian mendapat terapi sebanyak 4 sesi dengan bermain boneka untuk mengurangi stress.
Anak kedua mengalami kecemasan, ADHD dan halusinasi. Terapi bermainnya yaitu berbasis trauma dan CBT.
Anak ketiga yaitu trikotilomania yaitu menarik rambut karena konflik keluarga. Kemudian mendapatkan terapi bermain dan konseling keluarga.
Anak keempat menolak sekolah karena kakeknya meninggal. Terapinya berupa menggambar untuk menyalurkan rasa sedih dan dukanya.
Anak kelima mengalami kecemasan kinerja. Anak ini senantiasa cemas jika hasilnya tidak perfeksionis. Terapinya menggunakan biblioterapi.
Melalui jurnal ini dapat tergambar bahwa permberian terapi juga menyesuaikan usia anak. Tentu saja dengan observasi anak lebih dulu. Dan dengan metode yang tepat, masalah anak pun dapat teratasi.
3. Play Therapy: An Analytical Mode of Therapy in Children” (Chauhan dkk., 2024)
Jurnal ketiga menjelaskan secara detail tentang apa itu terapi bermain, metode yang tepat sesuai usia, sejarahnya hingga teknik-teknik terapi bermain.
Jurnal ini menggambarkan bahwa bermain memiliki banyak bentuk. Ada bermain fisik dan imajinasi. Bermain juga menstimulasi perkembangan kognitif melalui pemecahan masalah dan mendukung perkembangan emosional lewat ekspresi perasaan.
Terapi bermain ini merupakan pendekatan dinamis yang memberikan rasa aman dan non-judgmental untuk eksplorasi emosi, meningkatkan keterampilan sosial, dan membangun harga diri.
Penutup
Anak-anak belajar dan mengekspresikan diri lewat bermain. Bagi mereka, bermain bukan sekadar hiburan, tetapi bahasa alami untuk mengungkapkan rasa ingin tahu, kegembiraan, bahkan rasa takut dan trauma yang sulit diucapkan dengan kata-kata.
Jurnal terapi bermain pada anak mengungkapkan bahwa ini adalah pendekatan yang paling efektif untuk membantu anak mengatasi masalahnya.
Posting Komentar
Posting Komentar