yusriahismail.com

Ketika Anak Bertanya Tentang Haid

seks edukasi

"Mi, ummi belum shalat," sahut nena suatu malam. Biasanya saya memang memberi pesan pada dia ketika menjelang adzan isya adiknya sudah mau tidur dan abinya sedang tidak dirumah. Takut bablas dan akhirnya malah ketinggalan shalat. Astagfirullah.

Alhamdulillah nena bisa jadi alarm yang baik. Hingga pada suatu hari, nampaknya dia mulai ngeuh kenapa saya jadi jarang shalat.

Akhir-akhir ini pertanyaan anak pertama kami, nena, memang agak mengerikan. Haha. Maksudnya membutuhkan jawaban yang cukup menguras otak ketika harus dijawab. Salah satunya ya bertanya tentang haid ini.

Keingintahuan Anak Adalah Fitrah

Nena sudah memasuki usia 4,5 tahun. Dalam beberapa hal, kepekaan dia terhadap berbagai hal sudah muncul. Salah satunya mengenai ummi yang tidak shalat di waktu-waktu tertentu.

Sobat yusri, menurut ahli parenting, di usia balita rasa ingin tahu anak memang sedemikian besar. Mereka bisa bertanya apa saja, tentang apa saja bahkan sampai menirunya.

Juga dijabarkan oleh George Loewestein, Profesor Ekonomi dan Psikologi dari Carnegie Mellon University, dalam teorinya di sebuah makalah klasik tahun 1994, “The Psychology of Curiosity”. 

Dimana keingintahuan akan muncul ketika ketika perhatian seseorang terfokus pada sebuah informasi yang dirasa kurang. Kurangnya informasi akan menciptakan celah/kesenjangan sehingga seseorang akan termotivasi untuk melengkapi informasi yang “hilang” tadi.

Pada dasarnya setiap anak dilahirkan dengan keingintahuan untuk mengetahui bagaimana dunia “bekerja”. Keingintahuan itulah yang menjadi dasar mereka berpikir, belajar, dan mengeksplorasi. Jadi, semakin ia penasaran, semakin banyak ia belajar.

Tidak boleh ada unsur paksaan dari orangtua pada anak terhadap hal-hal yang disekitarnya. Namun orangtua dapat membantu anak membangun dan memelihara rasa ingin tahu itu, terutama saat anak berusia 1-5 tahun.

Setelah bayi lahir, pertumbuhan otak anak berkembang 80 persen hingga usianya 3 tahun dan terbentuk sempurna di usianya yang ke-5. Saat itu, jaringan koneksi otaknya terbentuk dan aktif sehingga mampu menyerap informasi maupun merespon stimulasi baru dengan kecepatan dua kali lebih cepat dari orang dewasa.

Bagaimana merespon ketika anak bertanya tentang haid

Beberapa orangtua meungkin menganggap pertanyaan tentang haid atau semacamnya telihat tabu. Atau orangtua menganggap bahwa anak masih terlalu kecil untuk mengerti.

Padahal anak memang rasa ingin tahunya besar dan orangtua harus menjawab dengan bijak. Berikut ini mungkin yang respon yang cukup tepat untuk orangtua ketika anak bertanya tentang haid, yaitu

1. Berikan Jawaban Yang Jujur

Ketika anak balita tanpa sengaja bertanya sesuatu hal yang membuatnya penasaran, terutama soal haid ini maka anggaplah ini kesempatan untuk memberi pengetahuan tentang pendidikan seksualitas. 

"Kok ummi tidak shalat?"
"Iya nak, ummi sedang haid. Perepuan dewasa akan punya masa sedang haid dan itu artinya tidak boleh shalat dan puasa.
"Oh gitu, jadi nanti aku haid juga?"
"Iya, tapi nanti kalau nena sudah besar. Kalau sekarang belum."
"Aku mau haid juga kayak ummi."

Haha. Demikian sekilas percapakan saya dengan nena ketika ia bertanya kenapa tidak shalat.

2. Beri Apresiasi Pertanyaan Yang Muncul Dari Anak

Dulu pertanyaan tentang seksualitas dianggap tabu ya sobat yusri. Sekarang justru harusnya orangtua bersyukur jika anak bertanya tentang hal ini kepada orangtuanya. Bukan pada teman atau siapapun di luar keluarganya. 

Maka patutlah pertanyaan ini diberikan apresiasi. Selain agar anak merasa dihargai juga menjaga ke-couriousan anak terhadap suatu hal.

3. Gunakan Pertanyaan Untuk Membangkitkan Fitrah Anak

Pertanyaan ini bisa dijadikan sebagai pancingan untuk membangkitkan fitrah anak. Terutama fitrah keimanan lho sobat yusri.

"Iya nak. Ummi memang tidak shalat saat sedang haid. Tapi ummi masih bisa berdzikir, berdoa dan hafalan qur'an. Beribadah pada Allah tak boleh putus. Kapanpun dan dimanapun tetap bisa berhubungan dengan Allah."

4. Gunakan Penjelasan Sederhana

Anak balita tentu lebih menerima jika penjelasan yang diberikan sesuai dengan umurnya. Maka gunakan kata-kata yang dapat membuatnya paham dengan apa itu haid dan seterusnya.

5. Gunakan Alat Bantu Seperti Gambar Atau Buku

Salah satu cara bagi saya orangtua yang kesulitan menjelaskan dengan kata-kata maka bisa menggunakan media lain untuk membantu.

Misalnya gambar atau buku. Saya sendiri lebih senang menggunakan buku. Anak bisa diajak bercerita dan penjelasannya sudah pasti sesuai dengan umur.

6. Ajukan Pertanyaan

Gairah keingintahuan anak harus terus dimunculkan dengan memberi pertanyaan pada anak. Misalnya pertanyaan yang memancing respon perasaannya ketika melihat ummi tidak shalat. Ataukah ia tetap mau shalat jika ummi tidak shalat?

7. Berikan Tantangan

Menjaga keingintahuan anak juga bisa melalui tantangan yang diberikan pada anak. Berikan tantangan yang bisa membuat anak melakukannya tapi juga tidak terlalu mudah untuk dilakukan.

Penutup

Pertanyaan anak balita memang kadang tidak terprediksi ya sobat yusri. Tapi alhamdulillah pertanyaan tentang haid justru membuat saya sadar bahwa keingintahuan anak memang harus dijaga. Dan pendidikan seksualitas itu sesuatu yang harus disampaikan dengan baik dan tepat. 

Hari ini bertanya tentang haid, besok tanya apa lagi ya? Duh, deg-degan. Kalau anak sobat yusri, tanya apa yang bikin deg-degan? 

Yusriah Ismail
A Lifestyle Blogger, Read Aloud Certified and Parenthing Enthusiast

Related Posts

Posting Komentar