yusriahismail.com

5 Tips Meningkatkan Minat Baca Sejak Dini Untuk Generasi Sadar Literasi

    Sebagai kang buku (tukang jualan buku-red), tentu banyak sekali mendengar drama tentang anak membaca ini. Walaupun mungkin mudah sekali mengiming-imingi orangtua-orangtua ini agar beli buku saya, realitanya memang tak semudah janji-janji yang terucap. Inilah salah satunya alasan kenapa harus berjualan buku wkwkwk. Selalu lekat dan erat dengan buku adalah bagian dari ikhtiar. Terlepas dari cuan yang menggiurkan #eh.

 “Anakku lari-lari dibacain buku mak,” keluh seorang ibu. 

“Duh, bibirku sampe dower bacain buku muluk. Capek.”

“Ada gak sih buku yang bisa baca sendiri?” pertanyaan superb.

“Bukunya wow banget.” (Wow itu maksudnya mahal tapi keren haha. Ya iyaa Halo Balita dkk memang dirancang agar tahan banting dan kuat sampai tujuh turunan, jadi bukunya premium gitu)

 

Sebuah Fakta yang Meresahkan

Awal tahun 2019, masyarakat Indonesia dikejutkan oleh data terbaru yang diumumkan The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD). Mereka menyatakan bahwa skor Indonesia untuk kemampuan baca, matematika dan sains berada  dibawah kemampuan rata-rata. Hasil ini didapatkan setelah mengikuti Programme for International Student Assasment (PISA) yang berada dalam naungan OECD dengan mengevaluasi sistem pendidikan menengah pada tiga bidang utama tersebut.

Program yang diikuti Indonesia sejak tahun 2000 ini melibatkan 12.098 peserta didik dari 399 sekolah di beberapa wilayah yang dianggap mewakili. Sayangnya, sejak terlibat dalam program ini, skor Indonesia mengalami tren penurunan kemampuan dan literasi menempati posisi terbawah. Fakta ini cukup menghenyakkan kita. Pasalnya, literasi adalah kemampuan yang akan selalu digunakan sepanjang waktu. Darurat literasi adalah bencana bagi bangsa, maka perlu untuk meningkatkan minat baca anak.

Menurut Wikipedia, literasi adalah kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktifitas, antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis dan berbicara. Membaca sendiri adalah rangsangan awal dalam membangun aktivitas literasi lainnya, sehingga membaca perlu ditumbuhkan dan dilatih sejak dini.


Kesalahan Persepsi Orangtua

Banyak orangtua merasa selesai ketika anaknya sudah bisa membaca. Padahal bisa membaca sangat jauh berbeda dengan memiliki minat membaca. Bisa membaca belum tentu minat membaca tapi sebaliknya jika memiliki minat membaca sudah pasti bisa membaca. Hal ini akan menjadi momok sebab buku akan selalu menemani anak sepanjang statusnya sebagai pelajar. Bayangkan jika anak tidak suka membaca, bahkan melihat buku pun bisa jadi penyiksaan untuk mereka.

Orangtua pun lantas ketakutan dan stress karena anak-anak mereka seperti tidak memiliki ketertarikan terhadap buku. Jangankan buku pelajaran bahkan buku ringan seperti komik, novel, cerpen dan semacamnya saja tidak tersentuh.  Membaca selalu diidentikkan dengan belajar sehingga yang terbayang adalah kegiatan berat dan membosankan. Padahal menurut Roosie Setiawan, penggagas Read Aloud Indonesia, bahwa membaca buku itu bagaimana kita menikmati isinya.


Meningkatkan minat baca anak

Anak-anak yang memiliki minat membaca, pengetahuannya akan luas, daya pikirnya besar dan imajinasinya tanpa batas. Pantaslah jika buku disebut sebagai jendela dunia. Sang pembaca dapat berkelana dari kutub utara yang beku hingga gurun Sahara yang tak bertepi.

Minat membaca sendiri dapat ditumbuhkan sedari dini. Beberapa pakar parenting menyebutkan bahwa buku dapat diperkenalkan pada anak ketika masih di dalam perut. Janin yang berusia 4 bulan sudah mampu mendengar suara di sekitarnya. Suara yang membuatnya tenang adalah suara ibunya sendiri. Maka, ibu hamil yang membacakan buku pada janinnya dapat menguatkan ikatan batin ibu dan anak.

Ketika bayi lahir ke dunia maka kebiasaan ini harus dilanjutkan. Tentu dengan menggunakan buku yang sesuai dengan usia anak. Anak yang baru lahir sampai dengan usia 3 bulan menggunakan buku hitam putih, tulisan sedikit dan kata-katanya sederhana. Bahannya pun dari kain dengan dominasi gambar di tiap halamannya.

Di atas usia 3 bulan, anak sudah bisa diperkenalkan dengan buku yang memiliki warna cerah. Bahannya juga lembut dengan menambahkan mainan rangsangan motorik dan sensorik bayi, seperti kerincing. Pada usia 8 bulan, bayi akan mulai mengoceh, maka variasi kata dalam buku perlu untuk diperhatikan. Kata-kata yang diperkenalkan sebaiknya memiliki makna yang dapat dipahami anak. Selain itu, buku harus aman dan tidak cepat sobek saat digunakan anak.


Tips Meningkatkan minat baca anak sejak dini

“Bu, anak saya sudah dibelikan buku tapi tetap tidak tertarik membaca. Bagaimana ya?”. Familiar dengan pertanyaan diatas? Beberapa orangtua merasa bahwa dengan membelikan buku maka dengan sendirinya anak akan memiliki minat membaca. Padahal membaca adalah keahlian sehingga perlu dilatih. Latihan ini dapat ditumbuhkan pada anak sejak dini.

Berikut tips meningkatkan minat baca anak sedari dini :

1.   Lingkungan yang mendukung akan membuat anak nyaman dan tertarik dengan buku. Anak adalah peniru ulung dan lingkungan adalah tempat ia belajar dan menyerap ilmu. Orangtua yang memiliki kebiasaan baik dalam membaca akan mudah dicontoh oleh anak. Maka, jadilah orangtua yang suka membaca. Hal ini akan membuat anak tidak merasa terpaksa dan senang hati mengikuti kebiasaan orangtua.

2.     Kepung dengan buku-buku. Ini adalah tips dari salah satu penulis luar biasa, Helvy Tiana Rosa. Beliau mengepung anaknya dengan buku sejak sang bayi tiba di rumah. Kemanapun dia mengarahkan pandangannya maka yang terlihat adalah buku. Ini dapat membuat anak merasa erat dan memiliki ketertarikan emosional dengan buku.

3.    Membacakan anak buku. Di Finlandia yang memiliki indeks pendidikan tertinggi di dunia punya prinsip untuk menahan anak-anak mereka bejalar membaca hingga usianya mencapai 7 tahun. Namun, salah satu cara agar anak memiliki ketertarikan terhadap buku adalah orangtua membacakan mereka buku selama10-15 menit per hari.

4.    Mulai dengan bacaan yang anak sukai. Pada fase usia tertentu, persilakan anak untuk memilih bacaan yang mereka suka. Menurut Jim Trelease, membaca dapat menjadi nikmat jika kita mulai dengan hal yang kita suka. Hal ini juga akan menjadikan membaca sangat menyenangkan.

5.  Hindari kebiasaan menonton TV atau youtube secara berlebihan. Gambar yang berwarna-warni di televisi ataupun youtube dapat mengganggu konsentrasi anak. Selain itu, anak menjadi pasif karena tidak ada interaksi.

Membaca adalah kunci dasar pengetahuan, tidak akan ada pengetahuan tanpa membaca, tidak akan ada inovasi dan penemuan tanpa membaca. Usia dini merupakan kesempatan emas bagi orangtua untuk menanamkan pendidikan.

Pendidikan itu bukan seperti ember tapi menyalakan api, kata William Butler Yeats. Ya, tugas orangtualah untuk terus menjaga nyala apinya tidak padam agar kelak api itu akan menjadi cahaya menerangi negeri.

            Sebelum anak-anak kita menjadi generasi sadar literasi maka orangtualah yang harus menjadi generasi sadar generasi terlebih dahulu. Yuk bisa yuk.

Daftar Pustaka

Alaksamana. 2017. Perkembangan Membaca Anak Usia Dini. https://alaksamana.blogspot.com/2017/02/perkembangan-membaca-anak-usia-dini.html?m=1

2.      Fendi. 2020. Kapan Sebaiknya Anak Dikenalkan Pada Buku. https://blog.ruangguru/kapan-sebaiknya-anak -dikenalkan-pada-buku?hs_amp=true.

3.      Harususilo, Yohanes Enggar. 2019. Skor Pisa Terbaru Indonesia , Ini 5 PR Besar Pendidikan Pada Era Nadiem Makarim. https://edukasi.kompas.com/read/2019/12/04/13002801/skor-pisa-terbaru-indonesia-ini-5-pr-besar-pendidikan-pada-era-nadiem-makarim?amp=1&page=2

4.      Ikawati, Erna. 2013. Upaya Meningkatkan Minat Membaca Pada Anak Usia Dini. Logaritma vol 1 No.02

5.      Trelease, Jim. 2017. The Read aloud Handbook-Edisi 7. Jakarta : Mizan group.

Yusriah Ismail
A Lifestyle Blogger, Read Aloud Certified and Parenthing Enthusiast

Related Posts

Posting Komentar