yusriahismail.com

Menumbuhkan Fitrah Keimanan Anak Melalui Quran Based Play

24 komentar
"Ada yang perlu kita -para orangtua- renungkan dari sebuah hadis nabi, bahwa sepeninggal kita nanti, selain shadaqah jariyah dan ilmu yang bermanfaat, tak ada lagi yang dapat kita harapkan manfaatnya selain anak-anak sholih yang mendoakan. Artinya pertama mereka harus menjadi pribadi yang solih dulu, lalu bersebab keshalihannya mereka mendoakan kita. Maka, atas doa anak-anak kita, yang pertama kali perlu kita risaukan adalah iman mereka, keshalihan mereka"

Ada yang ingat lagunya Raihan, Musikus asal Malaysia
Iman tak dapat diwarisi
dari seorang ayah yang bertaqwa
Ia tak dapat dijual beli
Ia tiada ditepian pantai

Walau apapun caranya jua
Engkau mendaki gunung yang tinggi
Engkau berentas lautan api
Namun tak dapat jua dimiliki
Jika tidak kembali pada Allah

Kisah Nabi Nuh a.s dan Nabi Luth a.s adalah contoh bahwa keimanan bukanlah sesuatu yang diturunkan. Terbayang betapa sedihnya, sang anak ternyata membelakangi ajaran Rabb-nya.

Dan kisah ini terjadi ketika teknologi belum maju seperti saat ini. Perkembangan zaman yang maju memang seperti dua sisi mata uang. Di satu sisi perkembangan ini membuat urusan kita semakin mudah namun di sisi lainnya, keburukan semakin merebak. Perlu pondasi yang kuat dalam diri anak agar tak mudah goyah ikut arus. Pondasi yang dapat membentengi anak adalah keimanan. Lantas bagaimana agar tumbuh keimanan dalam diri anak? Apa yang harus dilakukan orangtua?

Definisi Fitrah Keimanan
Setiap anak yang terlahir pada dasarnya adalah fitrah. Sejatinya pokok kebaikan (innate goodness) telah terinstall dalam diri anak. Pokok kebaikan ini sangat cukup bagi anak untuk menjalani peran peradaban spesifiknya dalam rangka mencapai maksud beribadah dan menjadi khalifah di muka bumi.

Diantara aspek fitrah adalah kecenderungan manusia untuk beriman atau bertuhan, yang disebut fitrah keimanan. Ia telah ada bahkan sejak di alam rahim (QS 7:172) dalam bentuk persaksian Allah sebagai Rabb.

Peran Orangtua Dalam Fitrah Keimanan Anak
Meski sudah terinstall, fitrah keimanan ini tidak serta merta keluar dan menjadi karakter anak. Disinilah peran penting orangtua dalam memantik fitrah keimanannya agar keluar. Orangtualah yang mempunyai peran besar dalam mendidik anak karena bagian dari misi hidup sebagai bentuk beribadah kepada Allah SWT.

Pendidikan adalah upaya yang dapat kita lakukan dalam memaksimalkan potensi besar peradaban. Allah SWT telah meluluskan kita menjadi orangtua artinya Allah menilai kita mampu.

Sayangnya...
Sistem pendidikan saat ini menyeragamkan kurikulum sehingga ada anak yang potensinya tidak keluar. Hasil terburuk dari sistem pendidikan yang seperti ini adalah krisis sumber daya manusia yang memiliki potensi unik.

Padahal semua anak pada dasarnya adalah unik sesuai fitrahnya. Dan disinilah peran orangtua sebagai konsultan anak.

Menemukan Passion Sebelum Mission
Orangtua dapat menemukan misi anak dalam peran peradaban melalui kegiatan yang membuatnya bahagia dan antusias. Poinnya memang bukan anak bisa tapi anak bahagia. Passion adalah langkah sadar menemukan tujuan kenapa diciptakan di dunia.

Passion bukan segalanya namun hidup dengan passion bisa menemukan antusiasme hidup. Jika antusias maka hidup akan selalu bergairah dan menyenangkan serta memiliki tujuan.
Namun, jangan lupakan pendidikan agama, keimanannya. Karena passion (bakat) + passion beragama (keimanan) = peran peradaban
Lalu, bagaimana memulainya?
Dalam Islam, ada 2 poin penting dalam memulai pendidikan :
1. Mendidik dengan Fitrah (Tarbiyah)
2. Mendidik dengan Adab (Ta'dib)

Fitrah adalah sesuatu yang dibangkitkan dari dalam (inside out). Sedangkan untuk menanamkan adab dapat dilakukan dengan berangkat dari nilai-nilai yang diyakini, dalam hal ini Al-qur'an (Kitabullah).

Fitrah tanpa adab, akan menjadi peran hebat yang tak memiliki adab. Sementara adab yang baik tanpa adanya Fitrah yang kuat, hanya akan menjadi kerja yang baik saja tanpa peran produktif dan bermakna

Untuk itu, dalam penguatan karakter, dibutuhkan keduanya. Fitrah dan Kitabullah, atau nature dan nurture sekaligus bersamaan.

Mengenal Quran Based Play
Teh Karlina Listra sebagai founder mengatakan bahwa Quran based play pada dasarnya mengajak nature dan nurture bertumbuh bersama. Jadi, bukan sekedar menyisipkan ayat-ayat Al-Quran sambil bermain tapi membuat agar anak terpesona pada ayat tersebut.

Bingung?

okee.. yuk kita praktik

Hal pertama yang kita lakukan saat memulai Quran Based Play adalah memahami kebutuhan anak. Misalnya, anak saya yang pertama berusia 2.5 tahun memang sedang getol-getolnya lari-larian, manjat dan sebagainya, maka fasilitasi kebutuhannya tersebut.

Kemarin saya mengajak kakak bermain di luar rumah. Bermain dengan alam adalah cara efektif untuk memuaskan rasa ingin tahu anak tanpa stress. Anak bisa berlari dengan bebas, bersuara keras, ekspresif dan paling penting adalah motoriknya ikut terasah. 

Kakak juga lagi hobi main sepeda. Jadi kalau keluar rumah ia ingin sekalian main sepeda. Nah, berhubung adiknya tidur maka terfasilitasilah keinginannya itu. Namun, ada syarat yang harus diikuti kakak yaitu berjalan dipinggir agar tidak ditabrak motor atau mobil.

Ini juga sekaligus pengenalan baginya agar bermain sepeda yang aman. Kami memberi nama permainan ini adalah Keep On The Track. Jadi, setiap kakak keluar jalur, maka saya ingatkan untuk tetap berada di jalurnya. 

Pulang di rumah langsung mandi dan makan. Bada shalat dhuha, saya mengajak kakak recall lagi apa saja yang dilakukannya tadi pagi. Di sela-sela itu saya bacakan surat Al-Fatihah ayat 6. Tunjukilah kami jalan yang lurus. Kakak memang sedang mengulang hafalan surat Al-Fatihah.

"Kakak, tadi kalau main sepeda, harus di ping..," gantungku.
"Gir," sambungnya.
"Kenapa harus dipinggir nak?"
"Biar tidak ditabrak motor dan mobil," jawabnya.
"Betul, keep on the track. Berjalan di jalan yang aman, yang lurus. Sama seperti ketika kakak berjalan di jalan Allah. Itulah jalan yang lurus. Ihdinasshirotol mustaqim. Berdoa sama Allah agar diberi jalan yang lurus. Jalan yang diridhoi Allah."

Recall ini juga dilakukan ketika menjelang tidur. Dialog yang dilakukan juga adalah dialog yang menyenangkan, bukan menakut-nakuti anak. Hindari untuk menyebutkan azab Allah, dosa, nerasa karena imaji yang ingin dibangun adalah menyenangkan ketika taat pada Allah SWT. 

Selain itu, penting juga untuk menanyakan perasaan anak apakah bahagia dengan aktivitas tadi pagi atau tidak. Dan, aktivitas ini bisa dilakukan lagi sepanjang anak senang melakukannya. 

Tips Melakukan Quran Based Play
Ada beberapa hal yang harus kita perhatikan sebagai orangtua (konsultan anak) sebelum memulai bermain ala Quran Based Play, yaitu
  1. Libatkan Allah SWT. Banyak-banyaklah berdoa agar Allah memberi petunjuk. Agar permainan yang kita lakukan dapat menancapkan keimanan yang kuat pada diri anak.
  2. Observasi anak dengan berdialog, bertanya, mengamati secara mendalam. Cermati aktivitas apa yang membuat anak antusias.
  3. Catatlah semua pengamatan itu. Siapkan jurnal atau apapun yang memudahkan untuk mencatat.
  4. Siapkan gagasan permainan yang menarik minatnya dan cari 1 ayat yang berhubungan. 
  5. Eksekusi gagasan tersebut dan talqinkan ayatnya. Talqin ayat bisa dilakukan saat bermain atau saat recall dengan anak.
  6. Recall aktivitas hari itu dan ulang kembali ayatnya. Lebih baik lagi dengan cara read aloud. Melafazkan ayat sembari baca Al-Quran. 
  7. Test aktivitas hari itu apakah membahagiakan anak dan sesuai kebutuhannya. 
Ibarat membangun pondasi rumah, seperti itulah menumbuhkan fitrah keimanan anak. Butuh waktu lama dan memastikan pondasinya kokoh. Ditengah perjalanan kadang ingin menyerah. Apalagi saat prosesnya diuji dengan kekonsistenan, keikhlasan bahkan keimanan orangtuanya sendiri. Namun, seperti kata Ustadz Ajo Bendri, Pengasuhan itu Melelahkan. Maka kuatlah dan semoga lelah menjadi lillah.



















Yusriah Ismail
A Lifestyle Blogger, Read Aloud Certified and Parenthing Enthusiast

Related Posts

24 komentar

  1. Mengajar anak tentang segala sesuatu itu menantang. Apalagi tentang qur'an. Ada kalanya lelah dan putus asa, tapi bener banget setelah mengadu ke Allah rasanya energi itu kembali lagi.

    BalasHapus
  2. Memang pemaparan isi Alquran gak jauh-jauh dari kehidupan sehari-hari. Bagi yang mau mengerti sudah pasti ingin selamat dan terus mawas diri, bagi yang sekedar ingin dimengerti, siap-siap aja menelan kecewa hingga Allah kasih hidayah.
    Peran kedua orang tua pun sangat penting ya, mbaa, untk mempraktekkan apa yang udah tertulis dalam Alquran

    BalasHapus
  3. Masya Allah.. Ilmunya luar biasa, semoga bisa belajar dulu sekarang, praktik nanti kalau sudah saatnya

    BalasHapus
  4. kalau membahas fitrah anak suka merinding saya. betapa banyak kurangnya sebagai ortu dalam mendidik anak. bersyukur ya, dilingkari orang baik yang faham akan bab ini .... semoga apa yg diimpikan terwujud ya .enjadi orangtua yang benar² bisa ngasih anak dg penuh keimanan. agar anak juga mendapatkan cerminan yg sama dg apa yang telah kita teladani

    BalasHapus
  5. Artikel ini menyentil saya pribadi yang belum maksimal mengenalkan Qur'an ke anak anak.mksh MB reminder nya.semoga bisa tetap saling mengingatkan 🙏🏼😊.

    BalasHapus
  6. MasyaAllah, bermanfaat banget artikelnya kaka. Meskipun aku belum menimah, tapi setiap membaca tulisan seperti ini menjadi bekalku untuk nanti.

    BalasHapus
  7. Suka bagian zaman berkembang, selain kebaikan, keburukan pun merebak. Perlu pondasi yang kuat supaya tidak mudah goyah dan ikut arus yang buruk.
    Tetap punya prinsip mempertahankan yang baik..

    BalasHapus
  8. Quran baswd play sangan sesuai dengan dunia anak bermain. Ada lagi nggak contoh yg lain untuk mengajarkan surah yg lain. Mungkin ada buku panduannya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. sebenarnya panduannya Al-Quran mba, penerapannya yg harus banyak belajar di mana-mana

      Hapus
  9. thank you untuk sharingnya, Kak. <3

    BalasHapus
  10. Terimakasih artikelnya Mba.. menjadi inspirasi bagi saya. Sekarang pun saya sedang mengajarkan anak2 agar bergantung kepada Allah. Mau minta apa, berdoa lah kepada Allah. Tapi belum menerapkan Quran based play. Semoga bisa segera diaplikasikan.

    BalasHapus
  11. Masyaa Allah. Terimakasih sharingnya Mbak. Kalau Qur'an Based Play untuk anak 12 tahun kira kira bagaimana ya? Anak saya soalnya sudah pra remaja.

    BalasHapus
    Balasan
    1. bisa sekali bun, quran based play tujuannya menjadikan anak pembelajar sepanjang masa. Kalo untuk balita lewat permainan kalo usia pra-remaja bs dengan dialog, diskusi atau permainan science atau berbagai hal yg menarik minatnya

      Hapus
  12. terimakasih kaka... infonya sangat bermanfaat

    BalasHapus
  13. Jadi ilmu bermanfaat bagi saya yang m ituembersamai anak-anak

    BalasHapus
  14. Madrasah pertama bagi anak adalah ibunya, bersyukurlah jika memiliki orang tua yang mau belajar dalam mendidik anak2 nya agar menjadi generasi yg memiliki imtaq. Info yang sangat bermanfaat.

    BalasHapus
  15. Setelah mengikuti Fbe masterclass saya semakin menyadari bagaimana harus menumbuhkan fitrah anak-anak.
    Alhamdulillah bisa membaca artikel Mb yang semakin menajamkan pemahaman. Awalnya dulu saya juga sering ikut QBP. Dan memang menyenangkan bagi anak-anak.

    BalasHapus
  16. Betul, aku setuju dengan semua tulisan ini. Mama ku selalu bilang, pelajari dulu ilmu agama, aku rasa ini maksudnya fitrah ya. Alhamdulillah dari kecil disuruh madrasah walaupun kadang aku bandel, tapi ilmunya memang nerap terus sampai gede dan banyak ilmu madrasah bisa saya amalkan, tapi ada juga yang masih lalai :")

    BalasHapus
  17. konsepnya sangat menarik mbak. Layak untuk dicoba dan sepertinya

    BalasHapus
  18. Masya Allah dengan Quran Based kuta mengajak anak belajar tidka hanya tahu yang diajari, namun tahu kepada Allah melalui ayah-ayatnya ya, Mbak.

    Jadi teringat dengan lyric lagu di atas, yang dibawakan Raihan ya.

    BalasHapus

Posting Komentar