yusriahismail.com

Part 2 - The Danish Way Parenting


R For REFRAMING

Dalam metode pengasuhan ketiga yaitu reframing (memakna ulang), Jessica mengungkapkan pentingnya mengubah persepsi. Pengubahan persepsi ini bisa dimulai dengan cara sederhana, yaitu mengubah frasaㅤ

"Aku hanya seorang ibu rumah tangga biasa"

Atau

"Aku seorang ibu rumah tangga yang bahagia"

Dua kalimat tersebut memang terlihat bedanya. Dengan mengucapkan kalimat kedua berulang-ulang, maka persepsi "ibu rumah tangga biasa" perlahan-lahan menghilang dan berganti "ibu rumah tangga bahagia".

Ya, kita perlu mengucapkannya. Berulang-ulang pada diri sendiri.

Kadang, hal ini juga menjadi tantangan pada anak-anak. Di usia tertentu, anak akan terlihat sulit diam. Rasa ingin tahunya besar dan ingin mencoba segala hal. Sayangnya, kadang masyarakat cenderung memberi label nakal pada anak. Padahal anak sedang belajar dengan lingkungannya. 

Dr. Masaru Emoto nengungkapkan dalam penelitiannya mengenai air jernih yang diberikan kata-kata baik dan buruk dapat terlihat bedanya dari kristal yang terbentuk setelah air dibekukan. Sembilan puluh persen tubuh manusia adalah cairan. Dan dengan mengucapkan kalimat positif setiap harinya maka cairan dalam sel-sel tubuh kita akan membentuk kristal yang indah.

E For EMPATHY

Sederhananya, ini (empati) seperti berjalan satu mil dengan sepatu orang lain~

Ini kutipan yang bikin jatuh cinta di part ini.

Mengenakan sepatu sendiri yang kekecilan atau kebesaran saja bisa bikin gak nyaman. Apalagi memakai sepatu orang lain yang belum tentu cocok. 

"Memaksa" diri untuk mengenakan sepatu orang lain dan berjalan 1 mil pasti menyiksa. Bisa jadi tumit lecet, jempol ketekuk, sepatu tercungkal karena longgar sehingga jalan beberapa meter saja mungkin sudah tak sanggup. 

Bisa jadi, karena kita terlalu nyaman dengan ukuran sepatu kita atau "memaksa" orang lain untuk beranggapan bahwa sepatu kitalah yang paling nyaman sehingga kita lupa bahwa tiap orang pasti merasa nyaman dengan sepatunya masing-masing. 

"Berjalan satu mil dengan sepatu orang lain??"

Ini seperti mengasah kepekaan jiwa yang hilang.

Denmark sendiri menetapkan aturan untuk tidak judging pada anak-anak mereka, apalagi pada anak orang lain. Jadi, ketika ada anak yang menangis, mereka akan mencari tahu kenapa. 

"Eh, si A menangis, kenapa ya?"

bukan

"Udah dong, masa gitu doang nangis sih?"

N For NO ULTIMATUM

"Pokoknya mama bilang jangan ya".

"Bunda ga suka kalo kamu kayak gitu".

"Tuh kan, Umi bilang apa tadi?. Jatuh kan?? Ga nurut sih tadi".

Ada yang suka diucapkan kata-kata begini?? 😬🙈

Pesan terbaik dari part ini adalah 

Siapkan cermin dan berkacalah

Kira-kira ucapkan kalimat-kalimat yang tidak kamu suka mendengarnya sendiri. Percayalah, kalo kita sendiri tidak suka, anak juga pasti tidak suka.

Bagian ini memang chalengging banget ya karena dalam kondisi tertentu anak malah akrobat di tempat yang berbahaya. Bikin hati mamak ikut jumpalitan.

Jika anak sudah memasuki usia siap diajak berdiskusi, maka lakukan dialog yang menyenangkan. Jika belum, maka jauhkan dari apapun yang membahayakan dirinya. 

Dan setelah punya toddler, maka menjauhkan mereka dalam hal yang membahayakan dirinya sendiri memang jauh lebih menenangkan. Bahkan jika perlu, siapkan rumah dengan minim barang dan kaca.

wwkkkkw bye bye rumah instagramable.

T For TOGETHERNESS

Menyoal kebersamaan, rasanya negara (+62) ahlinya. Mulai dari arisan rutin, arisan ini macam-macam, mulai dari keluarga, RT, genk, sepupu, alumni sampai arisan buku atau umroh. Lalu taklim rutin, sedekah rutin sampai  belanja di tukang sayur pun sepertinya perlu kebersamaan.

Tapi tentang kenyamanan? Dalam kebersamaan harus ada kenyamanan. Melepas sejenak rutinitas untuk menciptakan rasa saling. Saling tertawa. Saling menghibur. Saling menasihati. Saling memberi rasa nyaman.

Ciptakan waktu khusus untuk sekedar berhaha hihi dengan keluarga tanpa distraksi kerjaan, HP atau televisi. Quality time kalau kata anak jaman sekarang mah.

Anyway, 

Belajar pengasuhan dari Danish memang membuat saya harus berpikir ulang tentang makna pengasuhan itu sendiri. Apalagi dengan budaya yang memang sudah dari sononya. Ini menjadi tantangan tersendiri untuk tidak terjebak lebih dalam. Semangat mak. Semangat berproses. 

Judul: The Danish Way of Parenting (Rahasia Orang Denmark Membesarkan Anak) 
Penulis: Jessica Joelle Alexander dan Iben Dissing Sandahl
Penerbit: Bentang Pustaka 
Tahun Terbit: 2016 (edisi asli) 
Cetakan I edisi Terjemahan: April 2018
Jumlah Halaman: 180




Yusriah Ismail
A Lifestyle Blogger, Read Aloud Certified and Parenthing Enthusiast

Related Posts

Posting Komentar